MAKALAH ASPEK BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU
Selasa, 15 Januari 2013
0
komentar
MAKALAH
ASPEK BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN
KESEHATAN IBU
Di susun guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Dosen pembimbing:
Rahayu Fuji Lestari,S.ST
Disusun
oleh:kelompokVII
Alfi Suci Putriyanti
(02)
Anis Yulita (04)
Ayu Pristy
Wahyuningtyas (06)
Evi Yulistiana
Oktavianti (11)
Izzaumal Hikmah (19)
Lailatul Hasaniyah
(20)
Meilina Huzaimah (25)
Rani Bharokatul
Maulidiya (32)
Siti Khotijah (40)
Sri Astutik (42)
Susmiati (46)
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2010-2011
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillahirobbilalamin berkat
limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Aspek Budaya Berhubungan
Dengan Kesehatan Ibu” dapat terwujud sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD).
Dalam penelitian ini, penulis
tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan dari semua pihak,
tidak mungkin makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu Rahayu Fuji Lestari,S.ST selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, baik yang bersifat teori maupun praktik.
- Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan
Atas segala bantuannya baik secara
moral, material, maupun spiritual penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis
menyadari kesalahan, kelemahan,
bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat dijadikan acuan
dalam penulisan makalah periode berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas
bantuan dari semua pihak
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Pamekasan, 23 Maret 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………...i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH……………………………………………1
B.
RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………..2
C.
TUJUAN……………………………………………………………………….....2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
PENEGERTIAN
KEBUDAYAAN……………………………………………..3
B. KEBUDAYAAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU..6
C.
PENDEKATAN
MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN KAITANNYA DENGAN PERAN SEORANG BIDAN...................................13
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN………………………………………………………………....15
B.
SARAN………………………………………………………………………..…16
DAFTAR
USTAKA…………………………………………………………………………….17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana,
kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia
selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi
sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi
baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada
pada angka 307 per 100 ribu kelahiran. Tingginya angka kematian ibu dan bayi
sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya
buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta
penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390
per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah pendarahan
dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun
yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut
SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga
kesehatan.Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap
rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.Usia
kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data
Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan
pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia
Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya
tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai
kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997
menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan
kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu
akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah
kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh
dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi
rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi
angka kematian dengan angka fertilitas umum.
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah
banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42
hari setelah melahirkan pada daerah dan tahun tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
saja kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil, nifas dan
bersalin?
2. Apa
yang dilakukan bidan untuk mengatasi presepsi kebudayaan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dimasyarakat?
C. TUJUAN
- Untuk mengetahui kebudayaaan yang ada pada masyarakat mengenai kesehatan ibu dan cara bidan menanggulangi masalah tersebut
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan atau
yang disebut peradapan ; adalah pemahaman yang meliputi : pengetahuan,
kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota
masyarakat ( Taylor 1997 )
Pendapat umum
sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat. ( Bakker 1984 ).
Pola tingkah laku
mantap : pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diwujudkan
oleh simbul-simbul pada pencapaian
tersendiri dari kelompok manusia yang bersifat universal ( Kroeber &
klukhon 1950 ).
Kebudayaan berasal
dari bahasa sansekerta “ budayah “ / “
bodhi “ yang berarti budi akal atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan akal.
Budaya dapat dipisahkan sebagai kata majemuk Budi & Daya yang berupa
: cipta , rasa, karsa, karya (kuncoroningrat
1980 ).
Jenis-jenis
kebudayaan di Indonesia
a.
Kebudayaan Modern
Kebudayaan
modern biasanya berasal dari manca negara datang di Indonesia merupakan budaya/
kesenian import. Budaya modern akting, penampilan, dan kemampuan meragakan
diri didasari sifat komersial. Budaya modern lebih mengesampingkan norma , gaya menjadi idola masyarakat dan
merupakan target sasaran Contoh : film,
musik jazz.
b. Kebudayaan Tradisional
Bersumber
dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan mengutamakan norma dengan
mengedepankan intuisi bahkan bersifat
bimbingan
Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan
tradisional kurang mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat
kekeluargaan. Contoh : Ketoprak, wayang orang, keroncong, ludruk.
c. Budaya Campuran
Budaya
campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern dengan budaya
tradisional yang berkembang dengan cara asimilasi ataupun defusi. Kebudayaan
campuran sudah memperhitungkan komersiel tapi masih mengindahkan norma dan adat
setempat. Contoh : Musik dangdut, orkes gambus, campur sari.
B.
Kebudayaan
Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan
kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah
kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik
beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka
kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil
survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran
kasar. Namun tidak demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama
dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan
hahwa MMR sebesar 400 – 450 per 100.000 persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak
juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu
seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap
kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang
diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain
dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang
disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa
makanan tertentu.
Membicarakan
mengenai mitos dan fakta seputar kehamilan maupun kelahiran memang tidak akan
pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi adat istiadat yang bersifat turun
temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan sangat
mereka yakini.
Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar diyakini. Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal dan ternyata ada faktanya. Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita mengulas soal mitos-mitos yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus mengetahui faktanya!
Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar diyakini. Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal dan ternyata ada faktanya. Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita mengulas soal mitos-mitos yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus mengetahui faktanya!
Berikut
kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil, nifas dan
bersalin:
1. Kebudayaan bagi wanita hamil :
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang
menitik beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus dijalani
didunia.Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang berbahaya,baik
bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan sampai
kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara baggi
wanita hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta
bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang
sering menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat
yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak
usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya,walaupun ada
pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di
kandungan ibu berusia tiga bulan.upacara –upacara adat jawa yang bertujuan
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya itu adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang
lahir pada usia tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat
daripada bayi yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan,walupun kelahiran
itu masih prematur.Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada sejumlah suku
bangsa di indonesia dan malaysia(ladderman1987:86).Karna itu orang jawa
menganggap usia tujuh bulan kandungga sebagai saat yang penting,sehingga perlu
dilakukan upacara yang disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya
yang mungkin timbul pada masa itu.Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan
pada kehamilan pertama dari seorang wanita,sebenarnya dapat pula berfungsi
untuk memberikan ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah mengalami
peristiwa melahirkan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang
calon ibu dengan air bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan
suami-istri yang sedang menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh
terdekat atau sepupuh yang dihormati Selanjutnya diadakan upacara memecah buah
kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa kamajaya dan dewi ratih oleh sang
calon ayah,yang sebelumnya dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh si
calon ibu ketika dimandikan,mulai dari ujung sarung pada batas menyentuh
tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa menagkap buah
kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya.Upacara ini dimkasudkan agar
kelak proses kelahiran bayidapat berjalan lancar dan bayi yang akan lahir
tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain upacara mitoni pada
dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni harapan agar ia
sempurna dan utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat serta lancar
kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang
procot yakni bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan
khusus bertujuan agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan
selamat dengan membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada
sanak kluarga untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang
jawa mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak
pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai krisis
kehidupan yang mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan akan
kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar
dengan mengundang banyak handai-taulani.
Selain di jawa di Setiap
daerah juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dikalangan masyarakat
terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa
daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1.
Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil
pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan
daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2.
Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9
bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan
mudah dilahirkan.
3.
Masyarakat
Betawi :
Berlaku
pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.
4.
Daerah Subang :
Ibu
hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir
bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal
ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan
untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi
wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
2. Kebudayaan ibu bersalin
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita
bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan
ibu bersalin yang berbeda,
dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang
dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin:
a) Minum rendaman air rumput Fatimah
akan merangsang mulas.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
b) Meluarnya lendir semacam keputihan
yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran
kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
c) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
d) Minum madu dan telur dapat menambah
tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya? Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya? Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
e) Makan duren, tape, dan nanas bisa
membahayakan persalinan.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.
f) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket,
hingga mempersulit persalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
3.
Kebudayaan
ibu nifas.
Macam-macam
mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas diantaranya:
- Tidak boleh bersenggama
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin,
SpOG, MARS, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan.
Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan
lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum
kembali aktif bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu
itu, kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah
perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat
banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan
lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan
normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang
belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya
jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
- Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun
berbaring, kaki harus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh
saling tumpang tindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di
vagina tak melebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap
lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus memang lebih
menguntungkan karena membuat aliran darah jadi lancar. Sedangkan mobilisasi
secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin cepat
dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan
baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan.
Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK
dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu
tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada
sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan proses
involusi (pengecilan kembali) rahim.
- Tidak boleh tidur siang
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan.
Bayangkan, meski ngantuk setengah mati lantaran sering terbangun malam hari
karena harus menyusui dan menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur
siang. Menurut Chairulsjah, tidur berkepanjangan memang mengundang proses
recovery yang lebih lambat. "Makin lama berbaring makin besar pula peluang
terjadi tromboemboli atau pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si
ibu bangun/berdiri mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari
perlekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo.
Endapan-endapan tadi bisa masuk ke dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah
ke jantung, otak dan organ-organ penting lain yang akan memunculkan stroke.
- Tak boleh keramas
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si
ibu masuk angin. Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni
sekadar disiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar
darah putih bisa turun dan tak menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan
tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam
itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang
harus sering beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal
dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam.
Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena
bisa melancarkan produksi ASI.
- Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya,
durian, pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan
bikin benyek organ vital kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena
pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga
ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan
bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui.
Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar
anggapan untuk pantang pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena
tergolong sumber makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB.
Ikan dan telur juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan
amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan
kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu
pencernaan.
- Tidak boleh berpergian
Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya
si ibu tak terlalu letih beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang.
Kasihan si kecil. Karena biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum
lagi kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau
diajak pun masih kelewat kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama
kalau menggunakan angkutan umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan
menghadapi aneka godaan untuk menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
C.
PENDEKATAN
MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN KAITANNYA DENGAN PERAN SEORANG BIDAN
Bidan sebagai
salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai
peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan
harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan
tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan
tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam
peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah,
struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa
dengan cara:
a.
Menghubungi
pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah
pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari
keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
b.
Mengenali
struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
c.
Mempelajari
data penduduk yang meliputi:
·
Jenis kelamin
·
Umur
·
Mata
pencaharian
·
Pendidikan
·
Agama
d.
Mempelajari
peta desa
e.
Mencatat jumlah
KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh
tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang
pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa
yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi
kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela
acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang
kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan
di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-faktor sosial-budaya
mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan
dan kelahira.Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah
diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Oleh
karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku
atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan,seringkali tidak
mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya,akibat telah
tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada
kebudayaan warga komuniti tersebut.
Kajian antropologi mengenai
kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala konsekuensi baik dan buruknya
terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para personil
kesehatan di indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi
ibu.Khususnya,pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai
pandangan,sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya
masyarakat yang bersangkutan,sangat diperlukan bagi pembentukan
strategi-strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim
kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan
peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan
juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta
tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan
kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.
B.
Saran
a)
Saat
ibu sedang hamil muda ( 1 sampai 3 bulan ) tidak melakukan pekerjaan yang berat
karena dapat menyebabkan keguguran pada janin .
b)
Selalu
mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A , D , E , K.
c)
Selalu
rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis ( dokter kandungan
atau bidan ) .
d)
Bidan perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-budaya-dan-dampak-kesehatannya/ online 23/03/2011
http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-kesehatan-dan-penyakit/online
23/03/2011
F.Swasono,Meutia.(1998).Kehamilan,Kelahiran,
Perawatan Ibu Dan Bayi Dalam konteks Budaya. Jakarta:Salemba 4.
0 komentar:
Posting Komentar